Loading...
Imunisasi adalah upaya pemberian bahan antigen untuk mendapatkan kekebalan adaptif pada tubuh manusia terhadap agen biologis penyebab penyakit. Dengan kata lain, langkah ini bertujuan agar tubuh dapat melindungi dirinya sendiri. Penting untuk memenuhi jadwal imunisasi agar anggota keluarga terhindar dari penyakit berbahaya.
Pemberian vaksin, baik untuk anak-anak maupun untuk dewasa, adalah cara pencegahan penyakit yang umum dilakukan. Vaksin yang mengandung virus atau bakteri yang telah dilemahkan, atau protein mirip bakteri yang diperoleh dari pengembangan di laboratorium, bekerja mencegah penyakit dengan cara menimbulkan reaksi imunitas tubuh dan mempersiapkan tubuh untuk melawan serangan infeksi di kemudian hari.
Imunisasi pada umumnya aman diberikan. Namun, seperti juga obat-obatan lain, vaksin pun berpotensi menimbulkan efek samping. Meski demikian, efek samping imunisasi mengakibatkan risiko yang lebih kecil jika dibandingkan risiko penyakit yang bisa muncul akibat tidak menjalani imunisasi. Efek samping yang paling umum terjadi setelah diimunisasi antara lain adalah demam ringan, kemerahan pada area yang disuntik, dan alergi. Umumnya kondisi-kondisi ini dapat reda dengan sendirinya. Namun tetap penting bagi orang tua untuk menginformasikan pada dokter jika anak memiliki alergi terhadap kandungan tertentu di dalam vaksin.
Mencermati Jadwal Imunisasi
Beberapa vaksin cukup diberikan sekali, tetapi sebagian lain perlu diulang setelah periode tertentu, agar tubuh terus mendapat perlindungan. Inilah mengapa penting bagi orang tua untuk mencermati dan menaati jadwal imunisasi keluarga.
Berikut jenis imunisasi yang tergabung dalam program pemerintah, dan didanai oleh pemerintah, bagi bayi di bawah usia 1 tahun di Indonesia:
Usia 0 bulan: BCG, HB-0, Polio-0
Usia 2 bulan: DPT/HB/Hib-1, Polio-1
Usia 3 bulan: DPT/HB/Hib-2, Polio-2
Usia 4 bulan: DPT/HB/Hib-3, Polio-3
Usia 9 bulan: Campak
Pada umumnya, imunisasi dasar dipenuhi saat anak berusia 1-4 tahun. Di masa ini juga biasanya dilakukan imunisasi ulangan untuk memperpanjang masa kekebalan imunisasi dasar. Beberapa jenis imunisasi juga diulang lagi pada usia 5-12 tahun, sedangkan usia 13-18 tahun biasanya digunakan untuk imunisasi tambahan. Mendapatkan vaksin tepat waktu sesuai usianya sangat penting dilakukan. Jika terlambat, Anda bisa membuat jadwal imunisasi baru dengan dokter.
Berikut ini adalah jenis imunisasi yang dianjurkan berdasarkan kelompok umur:
Usia kurang dari 1 tahun: BCG, hepatitis B, polio, DPT, campak, HiB, pneumokokus, rotavirus.
Usia 1-4 tahun: DPT, polio, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela, influenza, HiB, pneumokokus.
Usia 5-12 tahun: DPT, polio, campak, MMR, tifoid, Hepatitis A, varisela, influenza, pneumokokus.
Usia 12-18 tahun: Td, hepatitis B, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela, influenza, pneumokokus, HPV.
Usia lanjut usia: influenza, pneumokokus.
Selain itu, terdapat pula imunisasi yang dianjurkan untuk diberikan pada daerah endemis, seperti imunisasi japanese encephalitis, umumnya diberikan mulai usia 1 tahun, dan diulang pada usia 3 tahun. Vaksinasi Dengue untuk mencegah demam berdarah juga direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mulai usia 9 tahun, dalam 3 kali pemberian dengan jarak 6 bulan.
Di bawah ini adalah tabel jadwal imunisasi lengkap untuk anak, agar Anda dapat memeriksa kembali vaksin mana yang barangkali belum diberikan.
Jadwal Imunisasi Anak 0-18 tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Jadwal selengkapnya dapat diunduh di laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Bawalah anak ke Puskesmas atau setidaknya ke Posyandu secara berkala untuk diimunisasi sesuai jadwal yang disusun oleh program pemerintah. Vaksinasi atau imunisasi dinilai 90-100 persen efektif melindungi manusia dari serangan penyakit berbahaya. Bahkan jika vaksin tidak sepenuhnya melindungi dan infeksi tetap terjadi, gejala pada anak yang sudah diimunisasi tidak akan separah anak-anak lain yang sama sekali belum pernah mendapat vaksin. Konsultasikan lebih lanjut pada dokter anak, untuk mendapatkan rekomendasi imunisasi yang tepat bagi Si Kecil.
Sumber : Alodokter
Loading...